RSS

Selasa, 30 September 2014

Melanjutkan Cerpen Bahasa Indonesia



Suratan Takdir yang Aku Alami
Hari ini puncak bukit barisan tertutup kabut. Kehijauan puncak terlihat samar karena
tertutup kabut putih. Dari tingkat dua ruangan kelas di SMU Negeri 2 Ratu, aku memandangi
kabut tipis itu  dengan perasaan galau.

Hatiku memang tengah gundah. Kegundahanku sebenarnya dimulai sejak dari rumah
tadi pagi. Ketika keluar dari kamar, aku kaget menemukan rumah sudah kosong. Jam
menunjukkan pukul enam lewat empat puluh menit. Dua puluh menit lagi bel berbunyi.
Mengapa tak ada yang membantuku? Kemana orang-orang serumah, ya?
“Ma..., mama...!” Aku mengetuk pintu kamar mama untuk membangunkannya. Tak ada
Jawaban.

Aku langsung kekamar mandi. Selesai mandi, cepat cepat aku berpakaian dan
menyambar tas diatas meja belajar. Buku buku kumasukkan seadanya. Melewati kamar
mama, aku lagi lagi heran. Pintu kamar mama masih terkunci rapat. Dentang jam dinding
menunjukkan pukul tujuh tepat membuatku tak sempat berpikir panjang. Melewati pintu
depan yang terasa lebih ringan dari biasanya aku langsung menyetop becak. Sialan, si abang
becak malah cuek aja. Berlari kecil aku mengejar becak yang seolah tak pedulikanku. Aku
melompat naik.
“Ratu 2, bang,” kataku pada tukang becak yang tetap cuek.
Becak melaju santai. Berkali kali aku melotot pada tukang becak, tapi dia tetap seolah
menganggapku tak ada.
 “Becak,” panggil seorang ibu.

Herannya becak menepi dan si ibu yang bertubuh subur naik hingga aku hampir terjepit.
Cepat cepat aku melompat dan turun sambil menggerutu. “memangnya angkot”.
“becak sudah ada penumpangnya kok disetop.mana becaknya mau lagi. Memangnya tak
Ada becak lain. “Aku ngedumel panjang pendek.

Akhirnya, aku berjalan kesekolah yang memang sudah tidak terlalu jauh. Beberapa
teman yang ku temui terlihat murung dan berbicara sesekali dengan suara pelan. Tak ada
yang becanda dan meledekku seperti biasa.

Akhirnya sampai juga aku didepan gerbang. Pak mukri berdiri di depan pos. Aku
melewatinya sambil menunduk dia paling sering menegurku karena aku suka melinting
lengan bajuku. Tapi kali ini beliau tak mempedulikan aku. “ Mungkin di bosan menegurku
terus,” pikirku.

Bel masuk pun berbunyi (tet...tet...tet...)
Sesegera mungkin semua siswa untuk memasuki kelas mereka masing-masing. Pelajaran pertama di kelasku yaitu Bahasa Indonesia, pelajaran yang sangat aku sukai. Tapi entah mengapa hari ini aku tak begitu tertarik dengan pelajaran ini. Serasa sangat membosankan di kelas dan tidak biasanya aku begini. Aku hanya bisa melamun, tidak konsentrasi dengan penjelasan guruku. Akibatnya guruku memberi teguran kepadaku agar tidak melamun lagi dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Huft. . . .
Lamunanku terbuyar karena bunyi bel istirahat mengagetkanku.

(tet...tet...tet...) menandakan bahwa semua siswa akan menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah lapar. Semua siswa secepat mungkin meluncur ke kantin begitupun aku. Aku dan temanku seperti biasa segera memesan minuman.
“ 2 es jeruk buk” kataku
“ Siap,eneng” jawab bu kantin
Bu kantinpun segera mengantarkan minuman itu menuju mejaku. Walaupun udara masih begitu dingin akan tetapi aku dan temanku tetap menikmati setiap tegukan es jeruk yang segar itu.

Pelajaranpun berlanjut, saatnya pelajaran yang biasanya membuatku bingung yaitu Matematika. Bu Rahma menyuruh siswa untuk membuat kelompok, dan satu kelompok beranggotakan dua orang. Berhubung teman sebangkuku tidak masuk karena sakit jadi aku tak mempunyai kelompok. Kebetulan juga akulah yang terpilih untuk menjelaskan materi itu di depan kelas. Dan terjadi sedikit kesalahan teknis saat aku menjelaskannya. Betapa malunya diriku tapi tak apalah yang penting sudah berusaha.
“ Ada apa dengan hari ini?” batinku

Waktu pulangpun tiba. Aku berjalan menyelusuri jalan raya sendirian. Sesampainya dirumah aku langsung ke kamar hanya sekedar untuk melepas penat yang ada.
 Aku dirumah sendirian hingga terbenamnya matahari. Mama dan Papaku masih sibuk dengan urusannya.
“ Sungguh menyebalkan hari ini “ aku menggerutu sendiri

Suara mobil terdengar, segera aku membukakan pintu untuk orang tuaku. Dan mereka langsung membersihkan badan mereka. Suara adzan magribpun telah berkumandang. Kami segera menggambil air wudhu  dan selanjutnya melakukan shalat berjama’ah.

Saat berbincang-bincang bersama, tanpa ku duga sebelumnya. Mama dan Papaku memberi tahu akan suatu hal bahwa minggu depan kami sekeluarga akan pindah ke luar kota karena ada dinas disana. Akupun terkejut dengan semua itu. Tapi aku mencoba mengerti posisi mereka, mungkin ini memang jalan yang terbaik bagi keluarga kami. Akhirnya kamipun berpindah di kota Bandung.
Satu minggu telah berlalu.
Keluargaku telah meninggalkan kota kelahiranku dan sekarang aku telah di Bandung. Orang tuaku menjalankan tugas dari pemerintah untuk berdinas di sini. Dan aku melanjutkan sekolah di SMA Negeri 23 Bandung dengan suasana baru dan harus beradaptasi kembali.

Hari pertamaku disini, entah akan ada kejadiaan apa nanti.
Sarapan pagi bersama keluargaku di tempat tinggal yang baru pula. Aku diantar oleh papaku ke sekolah yang baru. Banyak penggalaman dihari pertamaku sekolah baru.
Hari telah berganti dengan hari. Telah terbiasa menjalani kehidupan disini.

Suatu ketika aku mehilat tingkah laku mamaku yang agak aneh. Aku melihat bahwa dilaci kerja mamaku ada obat yang lumayan membuatku penasaran. Ketika saat bersantai berdua dengan mamaku aku mencoba mencari informasi ada apa dengannya karena rasa penasaranku begitu besar.
“ ma?? “ aku membuka pembicaraan
“ iya, sayang “ jawab mama dengan lembut
“ bolehkah aku bertanya sesuatu kepada mama? Tapi tolong jawab dengan sebenarnya ya ma?” kataku
“silahkan nak” jawab mama simpel
“ waktu aku membersihkan meja kerja mama, tanpa ku sengaja kumenenukan obat ma, emangnya itu obat apa sih ma? Tanya aku
“ emb, itu tu cuma obat pusing sayang “ jawab mama (dengan nada yang kedengarannya bingung untuk menjawab pertanyaanku)
Aku tidak percaya begitu saja dengan jawaban mamaku. Masih tanda besar tentang obat itu. Akupun menyelidiki tanpa sepengetahuan mamaku. Hari berganti hari aku mulai mengetahui ada apa dengan mamaku. Tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan orang tuaku.
“ jangan sampai anak kita mengetahui yang sebenarnya penyakit mama pa.” Kata mama
“tapi ma,sampai kapan kita menyembunyikan ini semua. Suatu saat nanti pasti akan mengetahuinya.” Balas papa
“ iya pa,tapi untuk saat ini jangan dulu. Tapi anak kita sudah mulai curiga pa ” kata mama
“ mungkin sudah saatnya dia tau ma” jawab papa
Mamapun  hanya tersenyum manis, tak bisa menjawabnya lagi.
Dari situlah aku menyimpulkan bahwa mamaku sakit tapi entahlah sakit apa aku belum mengetahuinya. Suatu ketika aku mengambil satu obat itu dan menanyakan ke dokter obat itu obat apa. Dan ternyata itu adalah obar untuk ginjal. Jadi sekarang ku mengetahui yang sebenarnya apa yang telah di sembunyikan selama ini. Selama ini aku juga telah curiga bahwa setiap hari sabtu mama dan papaku pulang agak larut malam ternyata untuk mengecek penyakit mamaku.
Suatu hari, keadaan mamaku memburuk dan terpaksa harus rawat inap di rumah sakit. Aku tak tega melihat tubuhnya terbaring lemah. Dan setiap harinya aku dan papaku bergantiaan menjaga mamaku. Saat mama di rumah sakit setiap hal yang ku lakukan selalu tidak fokus, sampai-sampai sekolahkupun agak belepotan. Beruntung aku mempunyai sahabat yang begitu baik walaupun baru saja kenal, dia selalu meminjamkan catatannya jika ku tak pergi ke sekolah.
Tubah mamaku kelihatan begitu lemah. Semakin hari malah semakin drop, aku khawatir dengan mamaku. Hanya bisa mendoakannya. Mamaku terbangun dari tempat tidurnya dan mengajakku berbicara.
“nak,ingat ya jika mama telah tiada nanti lanjutkanlah pendidikanmu setinggi mungkin, raihlah cita-citamu nak” kata mama dengan senyum manisnya
“jangan bilang gitu ma, saat aku sukses nanti mama akan tetap menemaniku ma,” jawabku
“tapi jika Allah berkehendak lain gimana nak, kita tak akan bisa menolak takdir itu” kata mama
“sudah-sudah ma gak usah bahas itu” jawabku yang ingin mengalihkan pembicaraan

Setelah itu beberapa hari kemudian mamaku koma dan seluruh keluargaku khawatir dengan keadaaannya. Namun mamaku tak bisa ditolong, mungkin ini suratan takdir yang harus diterima dengan ikhlas. Mulai saat ini aku akan menjalankan nasihat-nasihat dari mama agar kelak aku sukses menjadi orang yang berguna bagi semuanya.
Mulai saat ini aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar belajar dan terus belajar, agar ku bisa mewujudkan cita-cita ku kelak. Dan aku yakin bahwa mamaku yang telah berada disisinya akan bahagia jika aku dapat sukses kelak.


Tokoh              :           Aku ( Tokoh Utama )
                                    Mama
                                    Papa
                                    Tukang becak
                                    Seorang Ibu
                                    Pak Mukri
                                    Pak Guru
                                    Bu Rahma
                                    Temanku
Dokter
Latar                :           Tempat : Rumah
                                                   Sekolah
                                                   Perjalanan menuju sekolah
                                                   Bandung
                                                   Rumah sakit
                                    Waktu : Pagi hari
                                                  Sore / Senja hari
                                                  Malam hari
Tema               :           Suratan Takdir
Amanat           :           Patuhilah nasihat orang tuamu,
Berusaha dan Ikhlas menjalani suratan takdir yang telah di rencanakanNya.
Alur                 :           Mundur , Maju

4 komentar:

Unknown mengatakan...

udh dipresentasikan plend,,,

Unknown mengatakan...

sipt

Nuruel mencari cinta mengatakan...

bgs crpen ny

Unknown mengatakan...

okey,, tugas bhsa indonesia udah di presentasikan di dpan klz kok

Posting Komentar